Home / Artikel Pendidikan

Kamis, 20 Oktober 2022 - 22:43 WIB

Diamnya Negara Muslim atas Pelanggaran HAM Masyarakat Uyghur

Diamnya Negara Muslim atas Pelanggaran HAM Masyarakat Uyghur

Diamnya Negara Muslim atas Pelanggaran HAM Masyarakat Uyghur

dikdasmen info tentang Diamnya Negara Muslim atas Pelanggaran HAM Masyarakat Uyghur – Amerika Serikat meminta dugaan pelanggaran HAM kepada minoritas ugyur di Xinjiang oleh rezim China dibahas dalam agenda PBB. Total ada 10 negara yang ajukan proposal ini. langkah ini menindaklanjuti laporan sebelumnya yang rilis Agustus lalu. Isinya kurang lebih serupa, ada dugaan pelanggaran HAM terhadap masyarakat Uyghur. Tapi mosi yang dibawa oleh Amerika Serikat ini gagal mendapatkan kesepakatan. Dari 47 negara yang hadir, terdiri dari 17 yang mendukung,  19 menolak dan 11 memilih abstain. Yang menarik Somalia jadi negara berpenduduk mayoritas muslim yang dukung resolusi itu, sisanya menolak. Kritik kerap di alamatkan kepada negara-negara Islam ketika bicara soal Uyghur. Mereka disebut tutup mata atas dugaan yang terjadi di sana. Kenapa negara-negara ini seolah bungkam?.

Seputar Tentang Uyghur

Seputar Tentang Uyghur
istockphoto

Baiklah sebelum ke sana kita bahas dulu soal Uyghur dan apa yang terjadi dengan mereka. Xinjiang, juga dikenal sebagai Turkestan Timur, terletak di barat laut China, berbatasan dengan Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Pakistan, dan Afghanistan. Budaya, agama, dan bahasa masyarakat Xinjiang sangat berbeda dengan sebagian besar provinsi di China. Ada lebih dari 50 etnis minoritas di Xinjiang, dari China dan Asia Tengah. Ini termasuk komunitas Uyghur keturunan Turk yang berbicara bahasa Uyghur. Hubungan Xinjiang dengan Beijing sendiri mengalami pasang surut. Setelah Partai Komunis China memenangkan perang saudara pada tahun 1949, Beijing secara resmi menyatakan Xinjiang sebagai wilayahnya. Pemerintah telah memberikan status daerah otonom yang disebut Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang (XUAR). Mengingat cadangan minyak dan mineral Xinjiang yang sangat besar, pemberian otonomi didasarkan pada faktor ekonomi. Tak lama setelah pemberian status otonom, China meluncurkan berbagai proyek pembangunan. Pada tahun 1954, China mendirikan Xinjiang Production and Construction Corps (XPCC) untuk mengerjakan pemukiman dan pertanian. Proyek ini berlangsung sekitar setengah abad. Pada awal 1990-an, Xinjiang mendirikan zona ekonomi khusus. Beijing mensubsidi petani kapas lokal dan mereformasi sistem pajak. Masih dalam periode yang sama, pemerintah pusat menguncurkan modal untuk proyek-proyek infrastruktur. Masifnya pembangunan memicu arus kedatangan pekerja migran ke Xinjiang. Khususnya etnis Han suku terbesar di China. Walhasil, populasi Han di Xinjiang meningkat secara dramatis, dari yang semula hanya 6,7% atau 220.000 orang pada 1949 melonjak jadi 40% atau 8,4 juta orang pada 2008.

Baca juga  Jurusan Kesehatan Masyarakat Dan Prospek Kerjanya

Uyghur dan Migrasi Han

Efek jangka panjang dari migrasi Han adalah gesekan sosial. Uyghur memiliki akses yang semakin terbatas ke air bersih dan tanah. Ketimpangan ekonomi tumbuh karena praktik perekrutan yang diskriminatif. Han semakin kaya dan Uyghur semakin miskin di tanah leluhur mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan Beijing telah memperburuk gesekan di Xinjiang. Beijing telah melarang warga Uyghur berpuasa atau mengenakan kerudung selama Ramadhan. Pada tahun 2009, kelompok etnis Uyghur dan Han bentrok setelah dua pekerja Uyghur tewas di Guangdong. Bentrokan ini mengakibatkan 197 kematian, lebih dari 1.600 luka-luka dan 718 penangkapan. Insiden itu membuat China semakin sulit mengalahkan Uyghur. Mereka menyebut semua orang Uyghur potensial teroris dan separatis. Masalahnya adalah bahwa tangan besi Beijing sering menargetkan warga sipil yang tidak bersalah. China bangun camp khusus untuk mendidik orang-orang Uyghur. Perkiraannya ada 1 juta orang Uyghur yang dikirim ke camp ini. Mereka ditahan, dipersekusi hingga di doktrin agar tetap setia kepada Partai Komunis China. Dugaan pelanggaran HAM muncul tapi China membantah keras.

Baca juga  Jurusan Manajemen Dan Prospek Kerjanya

Uyghur Dan Pemimpin Muslim Dunia

Uyghur Dan Pemimpin Muslim Dunia
istockphoto

Beberapa dekade terakhir pemimpin muslim dunia rajin adopsi moto solidaritas transnasional. Implementasinya terlihat di Palestina, Kashmir hingga Rohingya. Ini nggak kelihatan buat muslim di Uyghur. China merupakan negara mitra dagang utama bagi banyak negara mayoritas muslim. Selama 20 tahun terakhir China telah melampaui Amerika Serikat dalam urusan jual beli dengan negara-negara muslim. Posisi China semakin kokoh kala mereka luncurkan jalur sutra versi baru. Ini kebijakan sambungkan kepentingan ekonomi dan pembangunan dari China ke banyak negara. Di sini letak masalahnya, jalur sutra ini melewati dan melibatkan negara-negara muslim. Ada Indonesia, Pakistan, Iran, Malaysia sampai Turki. Besaran duit yang China gelontorkan ke negara-negara itu dalam rangka sukseskan jalur sutra versi baru nggak main-main. Pakistan misalnya, dapat pinjaman 62 miliar USD untuk infrastruktur. Dengan Iran, China taruh investasi hampir 400 miliar USD. Di Turki ada 3,6 miliar USD yang China tanam lewat pertukaran kredit. Jangan lupakan Arab Saudi yang mesra dengan China lewat kesepakatan investasi senilai 93 miliar USD.

Baca juga  Peran Penting Dukungan Sosial dalam Kesehatan Mental

Uyghur Dan Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia ? pada 2019 Presiden Jokowi menolak berkomentar tentang Uyghur. FYI aja nih, China adalah Mitra dagang terbesar dan investor terbesar kedua Indonesia. Aliran modal dari China mengucur lewat berbagai proyek pembangunan seperti kereta cepat rute Jakarta – Bandung. Lobi-lobi yang dilakukan China Untuk menghindarkan pembahasan soal Uyghur masif dilakukan. Wujudnya bisa dari investasi dan pembangunan infrastruktur sampai jalinan diplomatik kepada negara-negara muslim dunia. China Nggak ingin kepentingannya di Xinjiang tempat Uyghur diusik dengan perkara HAM mengingat kawasan ini adalah jalur strategis yang menghubungkan China dengan mitra-mitra ekonomi di Asia Tengah dan Timur Tengah.

Nah dari sini terlihat jelas bukan? Kenapa banyak negara muslim seperti Diam seribu bahasa.

Sumber : Narasi Newsroom

Share :

Baca Juga

6 Cara Mengatur Waktu Belajar Yang Efektif Untuk Pelajar

Artikel Pendidikan

6 Cara Mengatur Waktu Belajar Yang Efektif Untuk Pelajar
David Ausubel Dalam Teori Belajar Kognitif

Artikel Pendidikan

David Ausubel Dalam Teori Belajar Kognitif
Media Sosial dan Demokrasi Harapan atau Ancaman

Artikel Pendidikan

Media Sosial dan Demokrasi Harapan atau Ancaman?
Jurusan Gizi dan prospek kerjanya

Artikel Pendidikan

Jurusan Gizi dan prospek kerjanya
Jean Piaget Dalam Teori Belajar Kognitif

Artikel Pendidikan

Jean Piaget Dalam Teori Belajar Kognitif
Tentang Kurikulum Merdeka

Artikel Pendidikan

Tentang Kurikulum Merdeka
Soal Evaluasi MOOC dan Pembahasan Jawabannya

Artikel Pendidikan

Soal Evaluasi MOOC dan Pembahasan Jawabannya
Pengaruh Era Digital bagi Dunia Pendidikan di Indonesia

Artikel Pendidikan

Pengaruh Era Digital bagi Dunia Pendidikan di Indonesia