Informasi pendidikan – Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) dari Institut Pertanian Bogor (IPB) telah memulai penjajakan kerja sama untuk mengembangkan program magister bersama (joint degree dan double degree) dengan Fakultas Teknik Queensland University of Technology (FT-QUT). Pertemuan ini diadakan dengan dukungan dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, di mana TIN-IPB diwakili oleh Professor Farah Fahma dan FT QUT diwakili oleh Dekan Professor Ana Deletic dan tim di kampus QUT pada Jumat (5/4).
Menurut Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, kedua institusi membahas peluang kerja sama dalam meningkatkan pendidikan dan penelitian di bidang yang memiliki kesamaan, seperti bioprocess engineering dan manajemen teknologi. Najib menganggap bahwa kerja sama antara TIN IPB dan FT QUT memiliki potensi besar, dan kantor Atdikbud berupaya untuk mendukung agar kerja sama tersebut dapat terwujud.
Najib menekankan bahwa QUT memiliki reputasi global yang kuat di bidang teknik, sementara IPB dikenal secara global dalam bidang pertanian. Oleh karena itu, kemitraan antara kedua institusi tersebut diharapkan akan memperkuat pengembangan program Teknik Industri Pertanian. “Kemitraan antara TIN IPB dan FT QUT dapat memberikan dampak positif bagi ilmu pengetahuan di bidang teknik industri pertanian kedua negara. Keduanya memiliki reputasi global di bidang masing-masing yang dapat saling melengkapi,” jelas Najib.
Dalam pertemuan tersebut, Dekan FT QUT, Professor Ana Deletic, menyatakan bahwa QUT sangat tertarik untuk bekerja sama dengan TIN IPB. Dia bahkan mengingat kunjungannya ke IPB sekitar 10 tahun lalu untuk kolaborasi riset di bidang manajemen air dan yakin bahwa IPB dapat menjadi mitra strategis yang berkualitas bagi QUT. Ana juga menjelaskan bahwa selain program magister, FT QUT saat ini memiliki program fast track di mana para sarjana dapat mengejar gelar magister dalam waktu lima tahun.
“Kami memiliki beberapa program master seperti master of renewable energy, master of project management, master of engineering technology, dan master of advanced manufacturing yang sepertinya relevan dengan TIN IPB. Kami dapat segera memetakan kurikulum sehingga dapat menentukan model double degree master yang akan dikembangkan bersama. Selain itu, peluang untuk kerja sama pada tingkat sarjana juga sangat memungkinkan,” ungkap Ana.
Sementara itu, Professor Farah Fahma menjelaskan bahwa TIN IPB telah memiliki program double degree master dengan salah satu universitas di Australia di bidang manajemen inovasi. Program double degree ini juga telah dimasukkan ke dalam daftar beasiswa LPDP. Menurut Farah, TIN IPB berkeinginan untuk mengembangkan program serupa dengan FT QUT untuk bidang kekhususan lain yang relevan, sehingga mahasiswa memiliki lebih banyak pilihan dalam bidang spesialisasi atau konsentrasi.
Selain itu, Farah juga melihat bahwa QUT adalah mitra yang cocok untuk membantu mahasiswa TIN IPB dalam menjalani program mobilitas internasional atau menyelesaikan tugas akhir. “Mahasiswa sarjana di IPB memiliki beberapa alternatif dalam menyelesaikan tugas akhir, salah satunya dengan menjadi visiting research student di universitas mitra seperti QUT. Untuk kelas internasional, mahasiswa juga dapat mengambil kredit di QUT jika kerja sama dapat disepakati. QUT juga memiliki Capstone project seperti TIN IPB, sehingga sangat mungkin kedua program tersebut dapat bekerja sama,” jelas Farah.
FT QUT dan TIN IPB sepakat untuk melanjutkan pembicaraan khusus mengenai pemetaan kurikulum, pengakuan kredit, dan alternatif pembiayaan program bersama. Keduanya menyadari bahwa biaya pendidikan di Australia sangat tinggi sehingga sumber pembiayaan lainnya perlu dipertimbangkan jika mahasiswa merasa kesulitan membiayai pendidikan sendiri.